02/09/14

ABU NAWAS DIANTARA 2 WANITA

Kebijaksanaan Abu Nawas
lagi-lagi diuji. Suatu ketika, Khalifah
Harun Al Rasyid memanggilnya ke
istana. Khalifah tengah dibingungkan
oleh dua perempuan yang bersengketa
terhadap seorang bayi mungil. Sang
khalifah telah berupaya segala langkah
damai, tapi gagal. Kedua perempuan itu
tetap mati-matian saling mengakui
sebagai pemilik absah sang bayi.
Sengketa ini sampai berlangsung
berhari-hari.
Langkah terakhir, Sang Khalifah pun
memanggil Abu Nawas untuk meminta
pertolongan. Biasanya dari pikiran Abu
Nawas selalu keluar ide-ide gila yang tak
tepikirkan banyak orang untuk
menyelesaikan sebuah persoalan.
Lalu, datanglah Abu Nawas ke istana.
Sang Khalifah tampaknya lebih
mempercayai Abu Nawas daripada
hakim untuk urusan ini. Kedua
perempuan dihadapkan ke persidangan.
Sementara Abu Nawas berperan
sebagai hakim. Namun setelah
persidangan berjalan, Abu Nawas tidak
langsung memberikan keputusan solusi
saat itu juga. Baru keesokannya Abu
Nawas mencetuskan ide yang
cemerlang.
Saat sidang dilanjutkan di hari kedua,
semua hadirin termasuk Khalifah
meyakini Abu Nawas yang dikenal cerdik
dan pandai itu dapat menyelesaikan
kasus tersebut.
Benar saja, Abu Nawas pun
mengeluarkan keputusan yang 'gila'.
Keputusan Abu Nawas membuat semua
hadirin yang datang termasuk sang
khalifah tercengang. Apa keputusannya?
Dia memerintahkan algojo untuk
membelah dua bayi mungil itu dengan
pedang.
Sontak dua perempuan itu terkejut dan
marah. Mereka bertanya, apa yang akan
dilakukan Abu Nawas terhadap bayi
yang tidak berdosa.
Abu Nawas lalu berkata, "Sebelum saya
mengambil tindakan, apakah salah satu
dari kalian bersedia mengalah dan
menyerahkan bayi itu kepada yang
memang berhak memilikinya?"
"Tidak, bayi itu adalah anakku," teriak
kedua perempuan itu.
Dua perempuan itu masih belum ada
yang bersedia mengalah meski algojo
sudah mengeluarkan pedangnya. Sikap
keras kepada dua perempuan itu
memaksa Abu Nawas untuk
memutuskan membelah bayi itu menjadi
dua. Sebagian untuk perempuan yang
pertama, sebagian lain untuk perempuan
kedua.
"Jangan, tolong jangan belah bayi itu.
Biarlah, aku rela bayi itu seutuhnya
diserahkan kepada perempuan itu," pinta
perempuan kedua dengan suara
setengah berteriak.
Sementara perempuan pertama tak
berkata kecuali hanya diam dan
tercengang.
Mendengar itu, Abu Nawas tersenyum
lega. Dengan segera dia menyerahkan
bayi itu kepada perempuan kedua yang
memohon tadi. Menurut Abu Nawas,
tidak ada satu orang pun ibu yang tega
anaknya disembelih. Seorang ibu lebih
memilih dirinya menderita dari pada
anaknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar