26/09/14

DZULHIJJAH ( 1 dari 4 bulan terpilih )

Dzulhijjah adalah salah satu bulan dari empat bulan yang terpilih
adapun mengenai keutamaan sepuluh hari selama bulan Dzulhijjah
berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas RA adalah sebagai berikut
2. Hari kedua bulan Dzulhijjah ;
Allah SWT mengabulkan do'a Nabi Yunus
pada saat ia berada di rongga perut ikan paus. Do'a Nabi Yunus tsb
juga terdapat dalam Al-Qur'an (Al-Anbiya' 87 )
Maka barangsiapa berpuasa pada hari itu,
Adalah seperti beribadah 1 tahun, bersih dari perbuatan maksia dalam
ibadah nya, 3. Hari ke tiga bulan Dzulhijjah ; Allah SWT
mengabulkan do'a Nabi Zakariya yang menginginkan seorang putera. Pada
saat itu umur Nabi Zakariya sudah sangat tua, (90 th). Hampir ia
putus asa menunggu kehadiran seorang bayi dari darahnya sendiri. Akan
tetapi setelah mengetahui putri angkatnya,( Maryam) mendapatkan rezeki
langsung yang turun dari langit, Ia pun tergugah untuk mendapatkan hal
yang sama. Ia berpikir, bukankah Allah tidak terikat hukum kausalitas,
jika Dia berkehendak, apapun pasti terjadi.
Maka barangsiapa puasa pada hari itu , pasti doa nya di kabulkan oleh Allah SWT
4. Hari kel 4 bulan Dzulhijjah; Nabi Isa AS
dilahirkan. Kelahiran nabi Isa telah menggegerkan kaumnya, sebab ia
lahir tidak seperti bayi-bayi pada umumnya. Ia lahir dari rahim
seorang Ibu yang masih perawan, yaitu bunda Maryam. Hanya kaum
muslimin yang diberi petunjuk oleh
Allah yang tetap menyakini bahwa Isa adalah manusia biasa, meskipun
lahir tanpa ayah. Bukankah Adam
lahir tanpa ibu dan ayah?
bukankah Hawa lahir tanpa ibu?
Ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah bagi mereka yang mau berpikir.
Maka barangsiapa berpuasa pada hari itu, Allah melenyapkan kesusahan
dan kefakiran nya , dan kelak di hari kiamat ia bersama dengan para
perantau yang baik lagi mulia
5. Hari ke 5 bulan Dzulhijjah; Nabi Musa
dilahirkan, yang kemudian dirawa dan diasuh oleh Istri Fir'aun, yang
setelah dewasa Nabi Musa menjadi penentang ayah angkatnya karena
keangkuhan dan
kesombongannya.
Maka barang siapa berpuasa pada hari itu, akan terbebas dari sifat
nifaq dan terbebas dari siksa kubur
6. Hari ke 6 bulan Dzulhijjah; Allah SWT
membuka pintu kebajikan bagi nabiNya.
Maka barang siapa berpuasa pada hari itu, Allah memandangnya penuh
rahmat dan sesudah itu tidak di siksa selamanya
7. Hari ke 7 bulan Dzulhijjah semua pintu neraka jahannam di tutup ,
tidak terbuka sampai habis 10 awal bulan Dzulhijjah.,
Maka barang siapa yang berpuasa pada hari itu , Allah SWT
menghindarkan dari nya 30 pintu kesulitan dan membukakan 30 pintu
kemudahan
8. Hari ke bulan l 8 Dzulhijjah;
Nabi Ibrahim bermimpi mendapat perintah
supaya menyembelih anaknya ( Ismail ) Sehari itu ia berpikir-pikir
apakah perintah itu dari Allah atau dari Syetan.
Karenanya hari itu di sebut hari Tarwiyah (pikir- pikir)
Maka barang siapa berpuasa pada hari itu, diberi pahala sebesar
besarnya , tiada yang tahu jumlahnya kecuali Allah SWT
9. Hari ke 9 bulan Dzulhijjah ; Allah memberitahu Nabi Ibrahim bahwa
perintah itu datang dariNya dan bukan dari syetan. Karena itulah harii
itu di sebut hari Arafah (tahu).
Di tanggal yang sama juga, Allah SWT menurunkan wahyu terakhir kepada
Rasulullah SAW, yaitu QS. Al-Maaidah : 3, Abu Bakar menangis karena ia
tahu bahwa Rasulullah sudah paripurna, yang
tentu saja akan segera kembali menghadap kepadaNya
Maka barang siapa berpuasa pada hari itu, berarti dapat menebus
dosanya yang lalu dan akan datang
.10. Hari ke 10 bulan Dzulhijjah adalah hari raya Iedul Adha , maka
barang siapa mendekat kepada Allah dengan berqurban maka setiap
tetesan darah yang jatuh dari binatang tersebut untuk melebur dan
menghapus setiap dosa dosanya dan keluarganya,
Dan barang siapa memberi makan orang mukmin atau bersedekah dengan
suatu pemberia , kelak di hari kiamat ia akan di bangkitkan oleh Allah
dengan keadaan aman, papan timbangannya di berati dengan amal kebaikan
yang beratnya melebihi gunung

02/09/14

ABU NAWAS DIANTARA 2 WANITA

Kebijaksanaan Abu Nawas
lagi-lagi diuji. Suatu ketika, Khalifah
Harun Al Rasyid memanggilnya ke
istana. Khalifah tengah dibingungkan
oleh dua perempuan yang bersengketa
terhadap seorang bayi mungil. Sang
khalifah telah berupaya segala langkah
damai, tapi gagal. Kedua perempuan itu
tetap mati-matian saling mengakui
sebagai pemilik absah sang bayi.
Sengketa ini sampai berlangsung
berhari-hari.
Langkah terakhir, Sang Khalifah pun
memanggil Abu Nawas untuk meminta
pertolongan. Biasanya dari pikiran Abu
Nawas selalu keluar ide-ide gila yang tak
tepikirkan banyak orang untuk
menyelesaikan sebuah persoalan.
Lalu, datanglah Abu Nawas ke istana.
Sang Khalifah tampaknya lebih
mempercayai Abu Nawas daripada
hakim untuk urusan ini. Kedua
perempuan dihadapkan ke persidangan.
Sementara Abu Nawas berperan
sebagai hakim. Namun setelah
persidangan berjalan, Abu Nawas tidak
langsung memberikan keputusan solusi
saat itu juga. Baru keesokannya Abu
Nawas mencetuskan ide yang
cemerlang.
Saat sidang dilanjutkan di hari kedua,
semua hadirin termasuk Khalifah
meyakini Abu Nawas yang dikenal cerdik
dan pandai itu dapat menyelesaikan
kasus tersebut.
Benar saja, Abu Nawas pun
mengeluarkan keputusan yang 'gila'.
Keputusan Abu Nawas membuat semua
hadirin yang datang termasuk sang
khalifah tercengang. Apa keputusannya?
Dia memerintahkan algojo untuk
membelah dua bayi mungil itu dengan
pedang.
Sontak dua perempuan itu terkejut dan
marah. Mereka bertanya, apa yang akan
dilakukan Abu Nawas terhadap bayi
yang tidak berdosa.
Abu Nawas lalu berkata, "Sebelum saya
mengambil tindakan, apakah salah satu
dari kalian bersedia mengalah dan
menyerahkan bayi itu kepada yang
memang berhak memilikinya?"
"Tidak, bayi itu adalah anakku," teriak
kedua perempuan itu.
Dua perempuan itu masih belum ada
yang bersedia mengalah meski algojo
sudah mengeluarkan pedangnya. Sikap
keras kepada dua perempuan itu
memaksa Abu Nawas untuk
memutuskan membelah bayi itu menjadi
dua. Sebagian untuk perempuan yang
pertama, sebagian lain untuk perempuan
kedua.
"Jangan, tolong jangan belah bayi itu.
Biarlah, aku rela bayi itu seutuhnya
diserahkan kepada perempuan itu," pinta
perempuan kedua dengan suara
setengah berteriak.
Sementara perempuan pertama tak
berkata kecuali hanya diam dan
tercengang.
Mendengar itu, Abu Nawas tersenyum
lega. Dengan segera dia menyerahkan
bayi itu kepada perempuan kedua yang
memohon tadi. Menurut Abu Nawas,
tidak ada satu orang pun ibu yang tega
anaknya disembelih. Seorang ibu lebih
memilih dirinya menderita dari pada
anaknya