19/07/11

[SANTRI DESA] Ketika Imam Al- Ghazali menerangkan tntg...

Ketika Imam Al- Ghazali menerangkan tntg Keajaiban Hati

Secara etimologi zikir berasal dari bahasa Arab yang berarti
'menyebut' atau 'mengingat'. Dalam bahasa agama (Islam) zikir
acap kali didefinisikan dengan menyebut atau mengingat Allah dengan
lisan melalui kalimat-kalimat thayyibah.

Kendatipun zikir sering disebut-sebut sebagai upaya mengingat Allah
melalui lisan, namun sesungguhnya esensi zikir ada pada kesadaran
penuh akan pengawasan Allah dalam segala aspek kehidupan manusia.
Kesadaran akan kehadiran dan pengawasan Allah inilah yang akan membuat
hidup menjadi tenang dan tenteram. Sebab, hidup dalam pengawasan Allah
pasti mengarahkan seseorang untuk tampil humanis, amanah, disiplin,
dan taat hukum.

Allah berfirman: "(yaitu) orang-orang yang beriman lagi hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati akan menjadi tenteram." (QS Ar-Ra'du : 28).
Maka, zikir seharusnya tidak hanya di forum-forum tertentu, seperti
masjid atau mushala, tetapi juga harus melekat saat berbisnis,
bekerja, mengajar, rapat tertutup maupun terbuka, dan dalam semua
kesempatan.

Seringkali kita menemukan dan bahkan dirasakan sebagian orang, masih
ada orang yang gelisah dan gamang dalam hidupnya, kendati sudah
berzikir. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin menjelaskan
tentang keajaiban hati (aja'ib al-qalb).

Ia mengilustrasikan, jika seseorang sedang berjalan, lalu ada anjing
yang hendak mengganggu dan ia menghardiknya, maka anjing itu akan
segera pergi. Namun, bila di sekitarnya banyak tulang dan daging yang
menjadi makanannya, maka anjing tersebut tidak akan pergi meskipun
dihardik dengan keras. Kalaupun dia pergi, paling hanya sebentar untuk
kemudian mengintai lagi, menunggu kita lengah lalu segera kembali.

Melalui ilustrasi tersebut, al-Ghazali ingin menjelaskan bahwa zikir
itu ibarat sebuah hardikan terhadap setan. Zikir baru akan efektif,
kalau hati kita bersih dari makanan setan. Kalau hati sudah bersih,
maka zikir akan mampu menghardik setan. Sebaliknya, bila hati dipenuhi
dengan makanan setan, maka zikir sebanyak apa pun tidak akan sanggup
mengusir setan. Bahkan, setan akan ikut berzikir pula dalam hati kita.
Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain, bila ingin zikir efektif dan
mempunyai kekuatan, maka kita harus membersihkan hati dari segala
macam makanan setan.

Al-Ghazali menambahkan, makanan setan menjadi peluang dan pintu masuk
(madkhal) setan. Pintu masuknya adalah segala bentuk penyakit hati.
Dan di antara akses masuknya setan yang merupakan penyakit hati yang
kerap menyerang manusia adalah al-hirts. Al-hirts adalah ambisi atau
keinginan yang sangat rakus, dan selalu ingin lebih. Akibatnya, ia
menjadi tuli dan buta mata hatinya. Dan ia pun rela melakukan apa
saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar