25/07/11

[SANG BARAQBAH HABIBAH] Assalamualaikum

Assalamualaikum

Mutiara Kata Imam Al-Ghazali

1. Barangsiapa yang memilih harta dan anak – anaknya daripada apa yang ada di sisi Allah, nescaya ia rugi dan tertipu dengan kerugian yang amat besar.

2. Barangsiapa yang menghabiskan waktu berjam – jam lamanya untuk mengumpulkan harta kerana takutkan miskin, maka dialah sebenarnya orang yang miskin.

3. Barangsiapa yang meyombongkan diri kepada salah seorang daripada hamba – hamba Allah, sesungguhnya ia telah bertengkar dengan Allah pada haknya.

4. Berani adalah sifat mulia kerana berada diantara pengecut dan membuta tuli.

5. Pemurah itu juga suatu kemuliaan kerana berada diantara bakhil dan boros.

6. Bersungguh – sungguhlah Engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan kerana jika tidak demikian engkau akan berada dalam bahaya kesesatan.

7. Cinta adalah merupakan sumber kebahagiaan dan cinta terhadap Allah mesti di pelihara dan di pupuk, suburkan dengan solat serta ibadah yang lainnya.

8. Ciri yang membezakan manusia dan haiwan adalah ilmu. Manusia adalah manusia mulia yang mana ia menjadi mulia kerana ilmu, tanpa ilmu mustahil ada kekuatan.

9. Hadapi kawan atau musuhmu itu dengan wajah yang menunjukkan kegembiraan, kerelaan penuh kesopanan dan ketenangan. Jangan nampakkan sikap angkuh dan sombong.

10. Ilmu itu kehidupan hati daripada kebutaan, sinar penglihatan daripada kezaliman dan tenaga badan daripada kelemahan.

[ADI REZA ] APA KEAJAIBAN-KEAJAIBAN ILMIAH DALAM AL-QUR’AN?

APA KEAJAIBAN-KEAJAIBAN ILMIAH DALAM AL-QUR'AN?

Meskipun Al-Qur'an diwahyukan 1400 tahun yang lalu, di dalamnya mengandung fakta-fakta ilmiah yang sama sekali tak diketahui pada saat itu. Fakta-fakta tersebut baru ditemukan pada jaman kita melalui peralatan ilmiah dan teknologi mutakhir. Ciri ini jelas menunjukkan keaslian Al-Qur'an sebagai wahyu yang berasal dari Allah. Berikut adalah beberapa contoh dari keajaiban tersebut:

Temuan terbesar abad XX menyatakan bahwa alam semesta terus mengembang. Namun, fakta ini telah Allah sampaikan kepada kita 1400 tahun yang lalu dalam ayat ke-47 Surat Adz-Dzariyat:

Kamilah yang membangun alam semesta dengan kekuasan Kami, dan sungguh, Kami terus mengembangkannya. (Surat adh-Dhariyat: 47)

Pergerakan benda-benda langit dalam orbitnya yang tetap, dinyatakan Al-Qur'an berabad-abad yang lampau:

Dan Dia lah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing bergerak dalam garis edarnya. (Surat al-Anbiya: 33)

Jika kita teliti makna kata Arabnya dari ayat yang menyebutkan kata 'matahari' dan 'bulan', kita akan mendapatkan sifat-sifat yang menarik. Dalam ayat-ayat tersebut, kata siraj (pelita) dan wahhaj (menyala terang) digunakan untuk matahari. Sementara untuk bulan digunakan kata munir (berkilau, menerangi). Kita tahu bahwa matahari menghasilkan panas dan sinar yang dahsyat sebagai akibat dari reaksi-reaksi nuklir di dalamnya, sementara bulan hanya memantulkan cahaya yang datang dari matahari. Pemisahan ini dinyatakan sebagai berikut:

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat tujuh langit dengan penuh serasi satu dengan lainnya, dan membuat bulan sebagai cahaya, dan membuat matahari sebagai pelita? (Surat Nuh: 15-16)

Sifat angin sebagai sarana "penyerbukan" disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hijr Ayat ke-22:

Dan kami tiupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari langit, dan kami beri minum kamu dengan air itu. (Surat al-Hijr: 22)

Kata Arab "penyerbuk" merujuk pada efek terhadap tumbuhan maupun awan. Sains moderen dalam bidang ini menunjukkan bahwa angin memang memiliki kedua fungsi ini.
Keajaiban Al-Qur'an lainnya ditegaskan dalam ayat berikut ini:

Dia menciptakan langit dan bumi untuk tujuan Kebenaran. Dia menutup malam atas siang, dan menutup siang atas malam. . . (Surat az-Zumar: 5)

Dalam ayat ini, saling menutupnya (membungkus) antara siang dan malam diuraikan dengan kata "takwir". Dalam bahasa kita, kata ini berarti membuat sesuatu bertumpang tindih, terlipat seperti kain yang digulungkan. Dalam kamus bahasa Arab, kata ini menerangkan suatu tindakan membungkus sesuatu dengan melilitinya, seperti halnya membungkus kepala dengan turban. Karenanya, secara implisit ayat ini merupakan informasi akurat mengenai bentuk bumi. Sebuah ungkapan yang tepat bagi bentuk bumi yang bulat. Artinya, bulatnya bentuk bumi telah diisyaratkan dalam Al-Qur'an pada abad VII

20/07/11

ADA KEMUDAHAN DI BALIK KESULITAN

INNA MA'AL 'USRI YUSRON
Ayat ini memberi kekuatan dan ketabahan pada hati manusia dalam mengembangkan diri di bidang ilmu, amal dan ibadah, keimanan, kecerdasan akal , keindahan, memperbaiki perilaku, membesarkan jiwa dan lain sebagainya. Karena menurut ajaran islam itu, orang islam itu haruslah senantiasa berkembang di bidang bidang tersebut di atas. Orang islam tidak boleh beku, atau berhenti dalam usaha mengembangkan diri . Orang islam tidak patut suka menganggur, suka omong kosong atau ongkang ongkang yg tidak menghasilkan keuntungan duniawi atau keuntungan ukhrawi.
Akan tetapi ketika orang itu berusaha meningkatkan diri dalam bidang bidang tersebut diatas, pada mulanya memang berat dan sulit sekali, yg mungkin bisa membuat putus asa, nah yg begini ini yg nggak boleh ,namun harus tabah dan harus mempunyai semboyan: SIR WALA TAQIF (ayo jalan jangan berhenti) , insya alloh di jamin oleh Alloh, di kemudian hari apa yg dirasa berat dan sulit itu akan ada kemudahan dan keringanan dalam menjalankan nya,
Umar bin Khoththob berkata :"aku benci bila melihat kalian semua pada nganggur, tidak berusaha buat kepentingan dunia dan kepentingan akhirat, " lebih lebih zaman sekarang , perubahan yg berlaku di masyarakat amat pesat, kalau zaman dulu keluar negeri butuh waktu berbulan bulan untuk sampai kesana karena adanya kendaraan cuman kapal laut, sekarang dg pesawat terbang beberapa jam udah nyampe , kalau zaman dulu masyarakat islam mudah sekali tunduk kepada hukum hukum agama, tapi sekarang ini masyarakat islam tidak punya waktu lagi untuk tunduk kepada hukum hukum Alloh yg di terangkan dalan alqur'an - hadits, semua berlomba lomba untuk mengejar kekayaan dan suka bergaya hidup ala sinetron

19/07/11

[ SANG BARAQBAH HABIBAH ] Ketika Imam Al- Ghazali menerangkan tentang keajaiban hati

Ketika Imam Al - Ghazali menerangkan tntg Keajaiban Hati

Secara etimologi dzikir berasal dari bahasa Arab yang berarti
'menyebut' atau 'mengingat'. Dalam bahasa agama (Islam) dzikir
acap kali didefinisikan dengan menyebut atau mengingat Allah dengan
lisan melalui kalimat-kalimat thayyibah.

Kendatipun zikir sering disebut-sebut sebagai upaya mengingat Allah
melalui lisan, namun sesungguhnya esensi dzikir ada pada kesadaran
penuh akan pengawasan Allah dalam segala aspek kehidupan manusia.
Kesadaran akan kehadiran dan pengawasan Allah inilah yang akan membuat
hidup menjadi tenang dan tenteram. Sebab, hidup dalam pengawasan Allah
pasti mengarahkan seseorang untuk tampil humanis, amanah, disiplin,
dan taat hukum.

Allah berfirman: "(yaitu) orang-orang yang beriman lagi hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati akan menjadi tenteram." (QS Ar-Ra'du : 28).
Maka, dzikir seharusnya tidak hanya di forum-forum tertentu, seperti
masjid atau musholla, tetapi juga harus melekat saat berbisnis,
bekerja, mengajar, rapat tertutup maupun terbuka, dan dalam semua
kesempatan.

Seringkali kita menemukan dan bahkan dirasakan sebagian orang, masih
ada orang yang gelisah dan gamang dalam hidupnya, kendati sudah
berdzikir. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin menjelaskan
tentang keajaiban hati (aja'ib al-qalb).

Ia mengilustrasikan, jika seseorang sedang berjalan, lalu ada anjing
yang hendak mengganggu dan ia menghardiknya, maka anjing itu akan
segera pergi. Namun, bila di sekitarnya banyak tulang dan daging yang
menjadi makanannya, maka anjing tersebut tidak akan pergi meskipun
dihardik dengan keras. Kalaupun dia pergi, paling hanya sebentar untuk
kemudian mengintai lagi, menunggu kita lengah lalu segera kembali.

Melalui ilustrasi tersebut, al-Ghazali ingin menjelaskan bahwa zikir
itu ibarat sebuah hardikan terhadap setan. Zikir baru akan efektif,
kalau hati kita bersih dari makanan setan. Kalau hati sudah bersih,
maka zikir akan mampu menghardik setan. Sebaliknya, bila hati dipenuhi
dengan makanan setan, maka zikir sebanyak apa pun tidak akan sanggup
mengusir setan. Bahkan, setan akan ikut berzikir pula dalam hati kita.
Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain, bila ingin zikir efektif dan
mempunyai kekuatan, maka kita harus membersihkan hati dari segala
macam makanan setan.

Al-Ghazali menambahkan, makanan setan menjadi peluang dan pintu masuk
(madkhal) setan. Pintu masuknya adalah segala bentuk penyakit hati.
Dan di antara akses masuknya setan yang merupakan penyakit hati yang
kerap menyerang manusia adalah al-hirts. Al-hirts adalah ambisi atau
keinginan yang sangat rakus, dan selalu ingin lebih. Akibatnya, ia
menjadi tuli dan buta mata hatinya. Dan ia pun rela melakukan apa
saja.

[SANTRI DESA] Ketika Imam Al- Ghazali menerangkan tntg...

Ketika Imam Al- Ghazali menerangkan tntg Keajaiban Hati

Secara etimologi zikir berasal dari bahasa Arab yang berarti
'menyebut' atau 'mengingat'. Dalam bahasa agama (Islam) zikir
acap kali didefinisikan dengan menyebut atau mengingat Allah dengan
lisan melalui kalimat-kalimat thayyibah.

Kendatipun zikir sering disebut-sebut sebagai upaya mengingat Allah
melalui lisan, namun sesungguhnya esensi zikir ada pada kesadaran
penuh akan pengawasan Allah dalam segala aspek kehidupan manusia.
Kesadaran akan kehadiran dan pengawasan Allah inilah yang akan membuat
hidup menjadi tenang dan tenteram. Sebab, hidup dalam pengawasan Allah
pasti mengarahkan seseorang untuk tampil humanis, amanah, disiplin,
dan taat hukum.

Allah berfirman: "(yaitu) orang-orang yang beriman lagi hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati akan menjadi tenteram." (QS Ar-Ra'du : 28).
Maka, zikir seharusnya tidak hanya di forum-forum tertentu, seperti
masjid atau mushala, tetapi juga harus melekat saat berbisnis,
bekerja, mengajar, rapat tertutup maupun terbuka, dan dalam semua
kesempatan.

Seringkali kita menemukan dan bahkan dirasakan sebagian orang, masih
ada orang yang gelisah dan gamang dalam hidupnya, kendati sudah
berzikir. Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin menjelaskan
tentang keajaiban hati (aja'ib al-qalb).

Ia mengilustrasikan, jika seseorang sedang berjalan, lalu ada anjing
yang hendak mengganggu dan ia menghardiknya, maka anjing itu akan
segera pergi. Namun, bila di sekitarnya banyak tulang dan daging yang
menjadi makanannya, maka anjing tersebut tidak akan pergi meskipun
dihardik dengan keras. Kalaupun dia pergi, paling hanya sebentar untuk
kemudian mengintai lagi, menunggu kita lengah lalu segera kembali.

Melalui ilustrasi tersebut, al-Ghazali ingin menjelaskan bahwa zikir
itu ibarat sebuah hardikan terhadap setan. Zikir baru akan efektif,
kalau hati kita bersih dari makanan setan. Kalau hati sudah bersih,
maka zikir akan mampu menghardik setan. Sebaliknya, bila hati dipenuhi
dengan makanan setan, maka zikir sebanyak apa pun tidak akan sanggup
mengusir setan. Bahkan, setan akan ikut berzikir pula dalam hati kita.
Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain, bila ingin zikir efektif dan
mempunyai kekuatan, maka kita harus membersihkan hati dari segala
macam makanan setan.

Al-Ghazali menambahkan, makanan setan menjadi peluang dan pintu masuk
(madkhal) setan. Pintu masuknya adalah segala bentuk penyakit hati.
Dan di antara akses masuknya setan yang merupakan penyakit hati yang
kerap menyerang manusia adalah al-hirts. Al-hirts adalah ambisi atau
keinginan yang sangat rakus, dan selalu ingin lebih. Akibatnya, ia
menjadi tuli dan buta mata hatinya. Dan ia pun rela melakukan apa
saja.

pentingnya memuliakan ulama'

satu hal yg harus kita imgat bahwa :
ulama' haqqani, ulama' rusydi, ulama' khoir, adalah manusia spt kita. Mereka mempuoyai kelemahan juga, yg punya kema'suman hanyalah para nabi. Oleh karena itu, jika ada kesalahan pada diri mereka, maka tanggung jawab nya akan kembali kpd diri mereka masing masing. Dan hanya Alloh lah yg berhak menentukan apakah mereka akan menerima adzab atau ampunan, insya Alloh dg sifat rohimNya mereka akan di maafkan.
apabila ada yg mengajak berburuk sangka kepada para ulama' , membenci para ulama', menjauhkan manusia dari ulama' dan menyebabkan kekacauan dalam masalah agama, maka orang tersebut adalah penyakit yg berbahaya
_"sesungguhnya sebagian dari mengagungkan Alloh adalah :memuliakan orang tua yg muslim, memuliakan orang yg mengajar al qur'an yg tanpa meminta upah, dan memuliakan pemimpin yg adil " ( Hr Abu dawud dalam At Targhib )
" Aku tidak takut sesuatu yg terjadi atas umatku kecuali tiga hal: pertama, berlimpahnya keduniaan sehingga mereka saling mendengki. Kedua, orang jahil berusaha menafsirkan alqur'an dan mencari cari ta'wil nya, padahal tidak ada yg tahu ta'wilnya kecuali Alloh, dan orang orang yg mendalam ilmu nya berkata , "kami beriman kepada ayat ayat mutasyabbihat, semuanya dari sisi robb kami ". Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya kecuali orang orang yg berakal. Ketiga, ulama' akan di telantarkan dan tidak akan di perdulikan oleh ummatku ". ( HR THOBRONI dalam AT TARGHIB ).
Akhir akhir ini berbagai perkataan buruk telah di lontarkan terhadap para ulama' . Jika di dunia ini tidak ada ulama' yg benar dam jujur, kita tidak boleh menuduh seseorang itu adalah ulama' su'.
sebenarnya suatu perbedaan pendapat telah terjadi di setiap zaman .
Diantara sahabat ra terdapat ribuan pendapat, dan di antara 4 imam madzhab juga terjadi banyak perbedaan pendapat dalam masalah fiqih. Tentang sholat saja dari takbirotul ihrom hingga salam terdapat ratusan perselisihan,
meski demikian . Perselisihan pendapat diantara para ulama' adalah rahmat, dan merupakan suatu musibah besar jika perselisihan tsb di jadikan alasan untuk timbulnya perpecahan,
ironis nya sekarang ini banyak orang bertanya kepada ulama' untuk di jadikan bahan perdebatan tanpa ada maksud untuk mengamalkannya, jika mereka bertanya kepada alim ulama' dan menganggap ulama' tsb baik dan mengikuti sunnah rosululloh saw, tentu nasehat nasehat mereka sangat penting untuk kita taati , sedangkan kepada ulama' lain hendaknya jangan menentang, menghina, dan merendahkan nya.